Dalam dunia sepeda, geometri adalah fondasi kenyamanan dan performa. Sudut head tube, tinggi bottom bracket, panjang chainstay, emuanya menentukan bagaimana sepeda terasa saat dikayuh. Di sinilah teknologi flip chip hadir sebagai fitur kecil yang memberi dampak besar.
Banyak pengendara awalnya mengira flip chip hanyalah komponen tambahan yang rumit. Padahal, teknologi ini memberikan fleksibilitas ekstra untuk menyesuaikan karakter sepeda seperti MTB atau sepeda gravel agar lebih optimal dengan gaya berkendara maupun kondisi rute yang Anda hadapi di Indonesia.
Flip chip membantu sepeda beradaptasi dengan cepat tanpa perlu mengganti frame atau komponen besar lainnya.
Apa Itu Teknologi Flip Chip?
Secara sederhana, flip chip adalah sisipan kecil (biasanya berbentuk oval atau asimetris) yang berada pada titik pivot frame atau dropouts. Saat diputar atau dibalik posisinya, chip ini mengubah titik pivot atau posisi axle, sehingga mengubah geometri sepeda.
Itulah mengapa fitur ini sering disebut sebagai teknologi “dua karakter dalam satu sepeda”. Pada umumnya, perubahan yang diberikan oleh teknologi flip chip meliputi:
1. Mengubah sudut head tube
- Mode “low/slack”: membuat sepeda lebih stabil saat turunan.
- Mode “high/steep”: membuat sepeda lebih responsif dan lincah.
2. Mengubah tinggi bottom bracket
- Mode rendah: memberikan stabilitas.
- Mode tinggi: memberi ruang lebih dari rintangan (clearance), cocok untuk jalur teknis.
3. Mengubah panjang chainstay
- Lebih pendek: akselerasi cepat, lebih playful.
- Lebih panjang: traksi lebih kuat, cocok untuk tanjakan berat.
Dengan satu chip kecil, Anda bisa memilih karakter sepeda yang paling cocok untuk rute harian.
Manfaat Flip Chip untuk Pengendara

1. Adaptasi mudah untuk medan yang sangat beragam
Jalur Indonesia sangat variatif seperti pasir Pantai, batuan volcanic trail, hutan lembap, hingga gravel campuran. Flip chip memungkinkan Anda menyesuaikan geometri sepeda tanpa perlu servis besar.
2. Memberi rasa aman dan stabil
Untuk rute yang curam dan licin, mode “slacker & lower” terasa lebih stabil, terutama pada sepeda gunung seperti enduro atau downhill.
3. Memberikan fleksibilitas untuk dua gaya berkendara
Dalam satu sepeda, Anda bisa punya:
- Setup climbing (lebih steep, BB lebih tinggi),
- Setup descending (lebih slack, BB lebih rendah).
4. Biaya efisien
Anda tidak perlu memiliki dua sepeda berbeda hanya untuk mendapatkan sensasi atau geometri yang berbeda.
Contoh Sepeda di Indonesia yang Menggunakan Teknologi Flip-Chip
Beberapa model Polygon (yang tersedia di pasar Indonesia) sudah mengadopsi Flip chip, memberi fleksibilitas tinggi di medan berbeda. Berikut contohnya:
1. Tambora A4 (Gravel)

- Tambora A4 memakai flip-chip untuk mengubah geometri frame, sehingga sangat cocok jika Anda sering berpindah antara rute aspal mulus dan jalur tanah ringan.
- Dalam mode wheelbase panjang (“long”), sepeda jadi lebih stabil untuk perjalanan jauh atau gravel touring, ideal jika Anda membawa muatan atau menghadapi medan campuran.
- Sebaliknya, jika flip-chip diatur ke wheelbase pendek (“short”), handling menjadi lebih lincah, cocok untuk rute keras, tikungan rapat, atau gravel kasar yang butuh respons cepat.
Pelajari selengkapnya tentang sepeda ini
2. Tambora G4 (Gravel / Adventure)

- Tambora G4 juga dilengkapi flip-chip, memberi kemampuan untuk memilih antara stabilitas atau kelincahan sesuai kebutuhan rute.
- Bagi Anda yang suka adventure, touring, atau membawa beban (pannier/gear), mode geometri stabil membuat sepeda lebih nyaman dan aman di gravel panjang.
Pelajari selengkapnya tentang sepeda ini
3. Collosus DH7 (Downhill MTB)

- DH7 adalah sepeda downhill yang memakai sistem geometri adjustable melalui flip-chip + headset 1.5”, memberi opsi konfigurasi geometri, termasuk setup mullet (dorong roda belakang 27.5″) atau full 29er.
- Ini memungkinkan Anda menyesuaikan handling dan stabilitas sesuai medan: dari jalur teknis penuh batu/akar sampai jalur downhill cepat.
Pelajari selengkapnya tentang sepeda ini
4. Collosus DH9 (Downhill Performance MTB)

- DH9 menggunakan dua flip-chip (pada rear shock mount dan chainstay), memberi total empat konfigurasi geometri yang bisa diubah. Itu membuatnya sangat fleksibel untuk berbagai kondisi track downhill.
- Anda bisa memilih apakah ingin geometri lebih slack dan stabil untuk kecepatan tinggi/rock garden, atau geometri lebih aggressive untuk handling cepat di jalur teknis.
Pelajari selengkapnya tentang sepeda ini
Kapan dan Bagaimana Anda Sebaiknya Menggunakan Mode-Mode Flip Chip?
Mode “Slack/Low/Long” (Stabilitas & Kontrol)
Gunakan ketika:
- Anda sering menjelajahi medan berat, seperti downhill, rock garden, jalur teknis dengan batu besar atau akar.
- Kecepatan tinggi dan butuh stabilitas dalam handling, misalnya turunan panjang.
- Membawa beban ekstra (pannier, gear, bagasi) saat touring atau bikepacking.
Karakteristik saat mode ini aktif:
- Head angle lebih landai → sepeda terasa lebih stabil, nyaman menurun.
- BB (bottom-bracket) lebih rendah → pusat gravitasi lebih rendah, sepeda terasa “tanam” dan plant.
- Wheelbase memanjang → sepeda cenderung lebih mantap di kecepatan tinggi, tidak mudah goyang.
Mode ini ideal untuk downhill, enduro, gravel touring, atau jalur kasar dan berat.
Mode “Steep/High/Short” (Kelincahan & Respons Cepat)
Gunakan ketika:
- Anda sering menghadapi tanjakan teknis, belokan rapat, jalur sempit, atau gravel kasar.
- Ingin handling cepat dan responsif, misalnya untuk urban gravel, trail ringan, atau rute komuter.
- Ingin kelincahan maksimal saat mengeksplorasi jalur gravel / off-road ringan.
Karakteristik:
- Head angle lebih curam → sepeda lebih gesit dalam manuver.
- BB lebih tinggi → memberi clearance lebih baik terhadap batu atau akar bawah roda.
- Wheelbase lebih pendek → handling lebih ringan dan lincah, lebih mudah dikendalikan.
Mode ini cocok untuk cross-country (XC), gravel kasar, trail ringan, atau rute campuran dengan banyak tikungan..
Tips Memilih Sepeda dengan Teknologi Flip Chip
Saat memilih sepeda yang menggunakan teknologi flip chip, perhatikan beberapa hal berikut agar Anda mendapatkan manfaat maksimal:
1. Pastikan perubahan geometri sesuai kebutuhan Anda: Setiap brand memberi rentang perubahan berbeda (misal: perubahan 0.5° – 1° pada head angle, atau 5–10 mm pada chainstay). Coba pikirkan kembali, apa yang paling Anda butuhkan, stabilitas atau kelincahan?
2. Cek apakah akses pengaturan mudah: Anda tidak ingin fitur yang jarang dipakai hanya karena sulit diatur. Cari model yang memungkinkan Anda mengatur flip chip hanya dengan kunci hex standar.
3. Pastikan kompatibilitas dengan ukuran ban pilihan Anda: Penggunaan ban gravel besar (42c ke atas, atau bahkan 50c) sering membutuhkan chainstay lebih panjang untuk menghindari rubbing.
4. Perhatikan gaya berkendara Anda:
- Penyuka turunan: flip chip adalah fitur penting.
- Penyuka gravel campuran: semakin terasa manfaatnya.
- Penyuka XC cepat: mode steep sangat membantu.
5. Gunakan flip chip sebagai alat eksperimen: Pindah mode, rasakan bedanya, lalu pilih mana yang paling membuat Anda percaya diri di rute harian.
Kesimpulan
Teknologi flip chip memberi fleksibilitas besar untuk menyesuaikan karakter sepeda, baik itu sepeda gunung maupun sepeda gravel, hanya dengan memutar satu sisipan kecil pada frame.
Untuk pengendara di Indonesia yang menghadapi medan sangat beragam, fitur ini sangat bermanfaat; mudah diatur, memberikan dua karakter berbeda, dan membantu meningkatkan rasa aman serta performa di berbagai kondisi.
Jika Anda mencari sepeda dengan performa adaptif, model seperti Tambora A4, Tambora G4, Collosus DH7, dan Collosus DH9 adalah pilihan yang layak dipertimbangkan. Dengan flip chip, Anda dapat memilih apakah sepeda ingin dibuat lebih playful, stabil, atau seimbang, semuanya dalam satu frame.
