SEPEDA sudah jadi “teman akrab” Rinto Gus Panoraga, 41 tahun, sejak masih usia sekolah dasar (SD). Ia kerap bersekolah menggunakan sepeda BMX. Saat menginjak usia SMP, ia menggunakan sepeda MTB dalam kesehariannya.
Aktivitasnya yang intens dengan sepeda membuat Rinto pun akrab dengan sejumlah komunitas sepeda sejak dini. Tak disangka, berawal dari komunitas, Rinto yang selalu menyimpan rasa penasaran untuk lebih mengeksplor sepeda, bisa bergabung dengan klub sepeda di kota Madiun dan meniti jalur prestasi.
“Saat saya bergabung kembali bersepeda dengan cycling club Madiun, dikenalkan dengan pembalap, yaitu Ferinanto. Saya diberikan arahan dan teknik sprint. Setelah sering bersepeda bersama Ferinanto, teman-teman menyarankan saya ikut balapan karena perkembangan latihan saya baik,” kata Rinto.
Rinto pun akhirnya terjun ke arena balap sepeda di Kota Magetan. Ia mengikuti disiplin MTB kelas XC dan dislipin roadbike criterium. Rinto pun sukses meraih podium utama di balapan roadbike criterium. Dari situ, jalannya menuju jalur prestasi semakin terbuka karena dipromosikan untuk mengikuti Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Balap Sepeda Jawa Timur.
Di bawah asuhan pelatih Sugeng Tri Hartono, Rinto menekuni disiplin Roadrace, Track, dan MTB XC. Sejumlah prestasi pun ia dapatkan saat mengikuti sejumlah ajang. seperti Cycling Track 1000 meter Velodrome, 3000 meter velodrome, dan Individual Time Trial (ITT).
Namun, naas, karier Rinto di dunia balap sepeda harus kandas ketika ia mengalami kecelakaan lalu lintas pada 1999. Kecelakaan yang didapatnya saat bersepeda motor itu membuatnya mengalami cedera parah di bagian kaki.
“Musibah laka lantas terjadi saat saya mengendarai sepeda motor menabrak mobil. Cedera patah tulang paha, tulang kering retak, dan pergelangan kaki geser. Lenyap impian saya menjadi pembalap sukses,” ujarnya.
Cedera itu membuat Rinto harus menepi dari jalur prestasi selama 2 tahun untuk pemulihan kakinya. Setelah itu, passion-nya di dunia sepeda, kembali menyala setelah ia kembali aktif bersepeda dan bergabung dengan komunitas kembali.
Ia pun mulai belajar kembali sejumlah teknik bersepeda baru, khususnya untuk sepeda MTB, seperti melakukan wheelie, bunny hop, dan manual. Ia pun semakin sering bersepeda saat mulai bergabung dengan Rodalink Indonesia.
“Setelah masuk Rodalink semakin sering bersepeda bersama kru dan komunitas sepeda di Kota Malang,” kata pria yang kini menjadi area SPV Rodalink itu.
Aktif bersepeda dengan komunitas, Rinto kembali akrab dengan perlombaan. Kali ini, ia berpartisipasi di balapan downhill. Bakatnya dalam bersepeda, membuat Rinto pun kembali mendapatkan podium utama pada balapan downhill.
Tapi sayang, badai cedera kembali menghampiri Rinto saat ia mencoba track downhill di Jember. Saat itu, Rinto terjatuh karena belum mempelajari track downhill yang akan dilalui. Akibatnya ia pun mengalami patah tulang leher dan sempat berada dalam keadaan kritis.
Cedera kali ini membuatnya harus istirahat total selama 6 bulan. Setelah sembuh, Rinto kembali beraktivitas dengan sepedanya dan berkumpul dengan komunitas sepeda. Meski pernah mengalami cedera parah, Rinto tak surut mencoba kembali berlomba. Kali ini, ia ikut Downmall yang diadakan Indonesian Downhill. Hasilnya, Rinto kembali ke podium utama.
Rinto kini masih aktif bersepeda, Meski kini sudah tak lagi muda untuk ukuran usia atlet, bukan tidak mungkin masih ada prestasi yang bisa diraih Rinto.
“Patah tulang, tapi tidak patah semangat,” Begitu tegasnya.
Siapa saja nih, yang sudah menantikan Rinto sebagai coach di MulaidiRodalinkAja?